Monday, October 23, 2017

Cerita Terjemahan - (Starters #2) Enders

Terjemahan (Starters #2) Enders karya Lissa Price

cerita-terjemahan-starters-#2-enders-lissa-price

Bab 2
Bagian 3

Begitu menyelesaikan interogasi, si Pak Tua meninggalkanku. Aku tahu sebab kudengar kehampaan, keheningan total saat dia memutuskannya. Kurasa dia harus bicara pada antek-anteknya, barangkali yang tadi mengontrol si malang Reece. Aku bersyukur dia punya alasan untuk nggak bersamaku.

Aku melangkah bagaikan hantu saat melewati mall yang kosong itu. Aku ingat apa yang dikatakan teman Enderku, teknisinya Helena, Redmond. Dia sudah memprediksikan bahwa chip di kepalaku mungkin berperan seperti bom dan meledak.

Reece yang malang. Bagaimana si Pak Tua melakukannya? Kenapa? Buat membuktikan kalau kami bisa memusnahkan Prime tapi tidak dengannya? Atau cuma untuk menerorku?

Perutku menegang. Aku sangat membenci chip ini—benda ini—yang ada di dalam kepalaku. Tak bakal kubiarkan seorang Ender mengerikan mengendalikan sisa hidupku.

Kata-kata yang besar, tangan yang gemetaran.

Aku merasa goyah. Aku melangkah ke ceruk di dekat pintu pelayanan dan menarik nafas dalam-dalam. Tak bisa kuenyahkan gambaran Reece dan sepatunya dari pikiranku. Apakah tadinya ada yang bisa kuperbuat untuk menyelamatkannya? Kupeluk perutku untuk menenangkan diri, kutahan, dan kutarik diriku secara bersamaan.

Aku menoleh ke belakang. Aku cukup jauh dari lokasi bencana hingga tak seorang pun bakal memperhatikanku. Kutarik ponselku dan kutelepon Senator Bohn. Aku berjuang agar terdengar tenang dan rasional. Aku sangat yakin kalau aku sukses pada bagian rasionalnya.

Senator Bohn telah menolongku untuk membongkar Prime Destinations. Dia satu dari sekian orang yang tahu keseluruhan cerita dan punya jaringan untuk melakukan sesuatu untuk itu. Kujelaskan apa yang telah terjadi. Senator Bohn sudah berusaha untuk menemukan si Pak Tua, tanpa sukses sekali pun. Kuterangkan bahwa pengeboman itu tingkah si Pak Tua.

"Aku punya ide bagaimana kita bisa melacaknya," ucapku, sambil menjelaskan rencana.

Senator Bohn menyimak. Setelah beberapa saat dia berkata, "Callie, coba kulihat apa yang bisa kulakukan. Kita akan butuh surat perintah penggeledahan khusus. Kalau kuminta bantuan, akan kudapat dalam beberapa jam."

Setelah itu, aku menelepon waliku, Lauren, dan melibatkannya. Dan ada lagi hal lain yang mesti kulakukan. Aku perlu memecahkan sebuah janji.

Michael dan Tyler sedang menungguku di pintu keluar mall. Melalui pintu kaca kulihat para tentara ditempatkan di luar demi menghalangi siapa saja untuk masuk. Kami berhenti di sana, masih di dalam, kami semua terlihat berantakan.

"Bagaimana tadi?" Kutanya mereka berdua.

Michael mengangkat tangannya ke udara. "Kami bilang ke mereka sedikit yang kami tahu."

"Ledakan besar." susul Tyler sambil ikut mengangkat lengan, dan merentangkan keduanya untuk membentuk sebuah bola besar.

Aku tak tahan untuk memeluknya. "Kau meremas hidungku," protes Tyler dengan suara teredam.

Dia mengatasinya jauh lebih baik dari yang kuperkirakan. Mungkin hidup di jalanan telah benar-benar menguatkannya. Kulepaskan Tyler lalu beralih ke Michael.

"Bisa Tyler kau bawa pulang dan mandikan?" pintaku.

Michael memiringkan kepalanya. "Kau mau kemana?"

"Aku akan mandi di kamar kecil. Setelah itu ada yang harus kukerjakan."

Michael tampak tak senang. "Ayolah, Tyler, ayo pergi. Dia bakal menyusul kita nanti."

Kupeluk keduanya erat-erat. Michael merasa hangat. "Aku nggak tahu bisa apa tanpa kalian."

"Nggak usah khawatirkan itu," ucapnya di dekat telingaku.

Aku berpaling 'tuk melihatnya. "Makasih." Kuusap punggungnya, kuberi Tyler ciuman di pipi, kemudian kubiarkan mereka pergi.

Begitu mereka pergi, aku mendesah, bersyukur ada Michael untuk mengawasi adikku. Kemudian kukeluarkan ponsel dan kutatap beberapa Zing dari Blake.

* * *

No comments:

Post a Comment

COPYRIGHT © 2018 KUBUKA KAMUS | THEME BY RUMAH ES