Wednesday, March 26, 2014

Cerita Terjemahan - The Little Pianist

cerita-terjemahan-the-little-pianist

Pianis Kecil  
Oleh Brij Kothari

Sekali waktu ada seorang anak kecil bernama Azul. Dia suka bermain piano dan bermimpi suatu hari nanti menjadi seorang pianis. Tiap hari minggu, Azul pergi ke kursus piano, dan setiap malam di rumahnya dia berlatih, sebelum pergi tidur. Permainan Azul menjadi semakin bagus sebab dia bersungguh-sungguh. Dia mungkin lupa menggosok giginya, tapi dia takkan lupa berlatih.

Suatu hari, Vicki, guru pianonya berkata padanya, “Azul, kamu akan akan ikut pertunjukan besok, di depan banyak penonton. Kamu sebentar lagi akan jadi pianis! Jari-jarimu bergerak selincah seekor tupai di atas tuts. Tapi sepertinya ada yang kurang.” “Apa itu?” Azul penasaran. Dia sangat sangat ingin menjadi bukan hanya seorang pianis yang bagus, tapi pianis yang hebat. Vicki tersenyum. Dia berbisik di telinga Azul. “Bermainlah dengan hatimu, bukan dengan jarimu.”

Seperti biasa, Vicki mengeluarkan kotak stikernya. Azul mengulurkan tangannya dan Vicki menempelkannya di sana, sebuah stiker kupu-kupu yang cantik. “Baiklah, bayangkanlah kupu-kupu ini saat kamu ingin bermain dengan hatimu,” katanya.

Hari itu, saat semua anak bermain di taman, Azul hanya memandangi stiker kupu-kupunya. Dia penasaran, “Aku bisa bermain dengan jariku karena aku bisa menggerakkannya. Aku bisa menyentuh tuts. Tapi bagaimana bisa aku bermain dengan hatiku? Aku bahkan nggak bisa melihat hatiku.” Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, Azul pergi tidur tanpa bermain piano sebelumnya.

Di malam sebelum pertunjukan, dia tak berlatih karena dia tak tahu bagaimana caranya bermain dengan hatinya! Saat Azul bangun tidur, dia memandangi stiker kupu-kupunya. Oh tidak! Stikernya hilang! Sekarang Azul merasa gugup. Sangat sangat gugup …. Dia coba untuk memainkan piano, tapi jarinya tidak bergerak! Tapi bagaimanapun juga, hal itu tak menghentikan detak jam. Segera waktu pertunjukan akan tiba.

Sebuah piano diletakkan di tengah-tengah panggung yang bundar, dikelilingi oleh barisan penonton. Azul berjalan ke panggung, duduk di bangku piano dan menutup matanya sejenak. Dia mengingat kata-kata Vicki, dia pun membayangkan kupu-kupunya. Di keheningan auditorium, Azul mendengar kepakan sayap. Seekor kupu-kupu bertengger di bahunya dan mulai bersenandung. Jari-jarinya pun mulai bergerak sendiri. Hatinya mulai menyanyikan lagu kupu-kupu.


---


The Little Pianist
 By Brij Kothari

There was once a little boy named Azul. He loved to play the piano and dreamed of becoming a pianist some day. Every Sunday, Azul went to his piano class, and practiced every night at home, just before going to bed. Azul became good at it because he was so sincere. He would forget to brush his teeth but would never forget to practice playing the piano!

One day, Vicki, his piano teacher told him, “Azul, you will perform tomorrow in front of a large audience. You are getting to be quite the pianist! Your fingers move like a squirrel on the piano keys. But there is something missing.” “What is it?” Azul just had to know. He really… really wanted to be, not just a good pianist, but a great pianist. Vicki smiled. She whispered into Azul’s ear a piano teacher’s secret. “Play with your heart, not with your fingers.”

As always, Vicki pulled out her box of stickers. Azul held out his hand and Vicki stuck on it, a gorgeous sticker of a butterfly. “There, think of this butterfly when you want to play with your heart,” she said.

That day, when all the children played in the park, Azul just stared at his butterfly. He wondered, “I can play with my fingers because I can move them. I can touch the piano keys. How can I play with my heart? I can’t even see my heart.” For the first time, in a long time, Azul went to bed without playing the piano.

The night before his performance, he did not practice because he did not know how to play with his heart! When Azul woke up, he looked for the butterfly sticker. Oh no! The sticker was gone too! Now Azul was nervous. Really nervous… He tried playing the piano, but his fingers would just not move! However, that did not stop the clock from ticking. Soon it was performance time.

The piano was in the middle of a round stage, surrounded by rows of people. Azul walked onto the stage, sat on the piano bench and closed his eyes for a second. Remembering Vicki’s words, he thought of the butterfly. In the quiet of the auditorium, Azul heard the flutter of wings. A butterfly sat on his shoulder and started to hum a tune. His fingers began to move by themselves. His heart began to play the butterfly’s song.

No comments:

Post a Comment

COPYRIGHT © 2018 KUBUKA KAMUS | THEME BY RUMAH ES